Sebenarnya posting-an ini juga masih nyambung dengan posting sebelumnya “Curhat di Sebuah Angkutan Umum”..
Pernah tidak merasa tidak didengarkan? Ucapan dan omongan kita seolah angin lalu saja?. Itulah yang salah satu teman gw rasakan ketika sedang rapat dalam sebuah organisasi.
Ide-ide yang ia punya begitu baik. Namun, sang pemimpin rapat tak menggubrisnya. Pikiran-pikiran yang teman gw keluarkan tak dianggap oleh sang pemimpin rapat. Ya, teman gw ini memang bukanlah ‘pejabat penting’ dalam organisasi tersebut. Dari yang gw tangkap, sang pemimpin rapat hanya melihat dari satu sisi. Dia hanya melihat “Siapa Yang Bicara”, bukan “Apa Yang Dibicarakan”.
Mungkin bukanlah suatu hal baru. Hal itu juga bisa terlihat dalam keseharian kita. Teriakan-teriakan rakyat kecil seolah tak terdengar oleh para pemimpin yang duduk manis sebagai wakil rakyat. Tak semua apa yang dikeluarkan dari mulut para rakyat berupa omong kosong belaka, banyak hal baik yang tentu dapat menjadi masukan. Tapi, bagaimana jika Presiden yang berbicara? Para wakil rakyat akan mengangguk-anggukan kepalanya seraya mengiyakan.
Untuk para anggota DPR, tetaplah berjuang untuk rakyat! Tunjukkan bahwa kalian adalah wakil rakyat yang membela rakyat!
Nasib yang diterima Pak Noh sebagai sopir angkot sejak tahun 1974 ia terima dengan ikhlas. Namun, makin ke sini beban hidupnya bukan semakin berkurang-atau paling tidak tetap- malah semakin bertambah. Ingin mengadu karena tak mendapat BLT, ia berhadapan dengan pintu birokrasi yang begitu rumit. Sekalinya sudah berhasil, malah tak didengar.
Apa yang di benak anda ketika melihat seorang mantan narapidana pembunuh mengemukakan pendapat di depan orang banyak? Yang terbayang oleh diri gw adalah sang mantan narapidana berkoar-koar tapi tak digubris oleh para pendengarnya yang masih memandang backgroundnya yang notabene seorang mantan narapidana.
“Tak perlu memperhatikan siapa yang berbicara, tetapi perhatikan apa yang dibicarakannya”.
kikakirana
March 10, 2010 at 1:03 pm
pertamax…..
sepakat!!!!
bener bener bener…
QK juga pernah posting yang intinya mirip” kek gini…
perhatikan apa yang di ucapkan, tanpa peduli keluar dari siapa ucapan itu
HIDUP!!! ^_^
Dangstars
March 10, 2010 at 3:24 pm
Pokonya bekerja sesuai aturan
catatanrodes
March 10, 2010 at 3:45 pm
@kika: iya.. entah kenapa emang sering kayak gitu.. lebih ngeliat “siapa yang bicara” bukan “apa yang dibicarakan”..
@dangstars: Setuju!!
Meliana Aryuni
March 10, 2010 at 9:07 pm
Jangan pernah meremehkan apa yang orang lain katakan….
bunda arun
March 11, 2010 at 4:10 am
Salam semangat..
Kunjungan siang………..
peri01
March 11, 2010 at 5:46 am
Tak perlu memperhatikan siapa yang berbicara, tetapi perhatikan apa yang dibicarakannya”.
setuju bgt kadang orang menilai dulu siapa yg bicara kalo yg bicara orang yg lebih kecil (umur lebih muda / kedudukan lebih rendah)pasti gak mau dengar
salam kenal
catatanrodes
March 11, 2010 at 7:32 am
@meliana : SETUJU!!
@bunda arun: Salam Semangat!!
@peri01 : Iya, smoga adat seperti itu bisa hilang..
richo
March 12, 2010 at 7:35 am
tapi bukan kadang lagi, sekarang omongan yang di denger cuma omongan orang yang punya pengaruh, ntah kaya, punya jabatan dll. yang ga punya pengaruh ngomong bener aja bisa jadi salah
catatanpelangi
March 12, 2010 at 4:24 pm
Oke saya perhatikan xixixi 😀
Usup Supriyadi
March 15, 2010 at 6:23 am
saya sangat setuju dengan quote ending dari postingan ini. ya, betapa, dalam litelatur yang saya baca, Khalifah Ali Bin Abi Thalib, pernah berwasiat, bahwa kita harus mendengar dan menampung segala pendapat atau nasehat sekalipun itu terucap dari anak-anak…
ya, masyarkaat kita lebih menghargai siapa yang bicara dan bagaimana latarbelakangnya….
semoga akan ada perubahan paradigma…..
catatanrodes
March 15, 2010 at 4:46 pm
catatan pelangi : oke..^^
richo & usup: ya, semoga ada perubahan mengenai “adat” yang seperti itu..