RSS

Daily Archives: September 21, 2010

Adventure at Waduk Jatiluhur


Nah, kegiatan gw yang ini merupakan penutup dari masa libur lebaran gw. Tanggal 16-18 September yang lalu gw dan 10 teman yang lain mengadakan suatu pelatihan di daerah Jatiluhur, Purwarkarta tepatnya di daerah Waduk Jatiluhur. Karena pelatihan, berarti ada trainernya dong. Ya, kami bersebelas didampingi 2 trainer, salah satunya dari OBI (OutBound Internasional).

Mengenai pelatihan yang dimaksud mungkin gag akan gw jabarkan di sini karena bersifat intern, tetapi gw akan bercerita tentang pengalaman ditambah pemandangan-pemandangan indah di sana.

Kami berangkatan dari Bekasi pukul 7 pagi menaiki bis ke arah Bandung, dan kami turun di Purwarkarta dan lanjut naik angkot ke arah waduk. Sekadar indormasi biaya yang kami keluarkan untuk sampai waduk Rp 14.000/orang. (Bis Rp 8.000 dan angkot Rp 6.000).

peta dan kompas

Sesampainya kami di waduk, kami langsung makan siang dengan membelinya di warung dekat situ. Yang gw kagetkan dengan biaya Rp 8.000, kami sudah dapat nasi timbal, ayam goreng, tahu, tempe dan sayur. Wah, suatu harga yang murah bukan? Setelah makan siang, kami diajari cara memakai peta dan kompas. Kalau biasayan gw di pramuka menggunakan kompas tembak, tapi ini beda. Kompas yang diajari ke kami adalah kompas yang memang dapat digunakan dengan peta dan suatu pelajaran baru lagi yang gw dapat.

Nah, setelah kami diajari cara memakai peta dan kompas, kami di beri titik koordinat yang merupakan titik yang harus kami tuju untuk ngecamp di sana. Setelah berunding bersebelas, kami sudah sepakat dengan titik tujuan kami. Suatu hal yang perlu diketahui, cara kami unutk menuju titik tersebut adalah dengan mendayung (canoeing) perahu. Tak terbayangkan dengan cuaca di sana yang sangat terik kami mendayung perahu untuk sampai di sana.

mendayung bersama

Sekitar hampir pukul 2 kami bergegas berangkat menuju titik tujuan kami. Panas yang terik, keringat bercucuran, nafas yang tertatih seolah menjadi hal lumrah. Dengan bantuan kompas dan peta kami sampai di titik tujuan kami pukul setengah 4. Ya, hampi 2 jam kami mendayung perahu dan terbakar sengatan matahari.

Ketika sampai di tempat tujuan, kami meyesuaikan posisi kami dengan yang di peta dan ternyata titik koordinat kami pas. Setelah di beri tahu untuk mendirikan tenda, kami pun membagi tugas untuk mendirikan tenda. Menjelang malam, ada yang bertugas memasak dan memasak makanan kami untuk malam tersebut berupa nasi, tempe gorenga dan sayur kangkung, begitu nikmat rasanya. In fact, untuk mendapatkan air bersih di sana sangat susah. Kami membawa botol minum sebanyak 30 buah dan itu kami hemat-hemat agar tak boros, alhasil untuk menyuci beras pun kami memakai air waduk yang tak jelas kebersihannya (untuk masaknya memakai air bersih yang dibawa), but so far i’m ok. 😀

sempat berpose sebelum tracking

Pagi harinya kami mengadakan olahraga pagi dan dilanjutkan makan pagi berupa bubur kacang hijau. Setelah itu kami akan mengadakan tracking dan hiking ke gunung cilembu. Alhasil, kami segera bergegas merapikan tenda dan segala macam barang bawaan ke tas carriel yang kami bawa dan bersiap meninggalkan tempat camp kami tersebut yang bernama beebull.

Kami dibagi dalam 5 kelompok kerja. Ada leader, navigator, cooking, cleaner, dan sweeper. Nah, untuk tracking ini kelompok navigator yang memegang tanggung jawab lebih untuk menunjuk arah perjalanan, walaupun itu menjadi tanggung jawab tim secara keseluruhan. Kenapa ada navigator? Untuk tracking dan hiking ini kami hanya dibekali peta, kompas dan titik-titik koordinat. Dengan cuaca terik dan memanggul tas carriel, kami masih harus dituntut berfikir untuk mencari titik-titik koordinat tersebut dan tujuan intinya adalah puncak gunung cilembu.

pose ketika tracking

Kami mulai start sekitar pukul 8 dan ditargetkan sampai di puncak gunung lembu pukul 4 sore. Bisa ditebak, beberapa kali terjadi perdebatan. Ada yang buru-buru untuk sampai sesuai terget, tapi ada juga yang meminta agar jalannya lebih santai karena cape hingga 2 orang di antara kami mengalami kram di paha dan betis.

Tak usah panjang lebar deh. hehe.. kami sampai di pos terakhir sebelum mendaki sekitar pukul 2. Hal tersebut diakibatkan kami sempat nyasar dan salah menebak arah perjalanan alhasil baru jam 2 kami sampai pos terakhir tersebut. Setelah beristirahat sebentar kami langsung melanjutkan perjalanan kami. Teman-teman yang ditugaskan sebagai navigator berada di barisan terdepan dan gw berada di barisan belakang.

pemandangan waduk jatiluhur

Sayang seribu sayang, kami tak sampai puncak gunung lembu. Padahal sedikit lagi. Ya, kami sedikit nyasar. Gunung tersebut terbilang jarang untuk dinaiki para pendaki, alhasil kami bergantung pada peta dan kompas, kalaupun ada kami mengikuti jalan setapak yang ada. Pada suatu titik kami berhenti, dan navigator bersama trainer mencari tempat untuk bisa mendirikan tenda, ternyata tak ada karena jalan yang kami tempuh salah. Hanya di puncaknya lah kami dapat mendirikan tenda, di tempat lain di gunung tersebut gag bisa karena tekstur tanah yang miring dan sempit. Rona muka kecewa menghiasi muka teman-teman, tapi apa mau dikata, cuaca yang mulai mendung memaksa kami untuk segera turun ke pos terakhir kami tadi.

Hujan ternyata lebih dahulu turun. Tekstur tanah yang didominasi tanah liat mengakibatkan tanah menjadi licin hingga beberapa di antara kami terjatuh. Untunglah kami sampai di pos terakhir alam keadaan selamat walaupun kami kehilangan 1 matras dan 1 ponco, tapi tak apalah yang penting kami bertigabelas selamat.

Menjelang malam, kelompok cooking mulai memasak. Kami makan dengan lahapnya karena begitu banyak energi yang terkuras. Tapi, memang dasarnya anak muda kami tetap saja begadang hingga jam 2 ditemani kopi dan teh, dan mulai tidur jam 2.30.

tracking menuju dermaga

Bangun pukul 5.30 kami langsung olahraga dilanjutkan dengan sarapan. Hari ini merupakan hari terakhir dan waktunya kami untuk bergegas pulang.  Ternyata untuk pulang pun kami masih harus ditemani peta dan kompas. Dengan merandom kembali tugas kelompok dalam tim, tim navigator yang baru mulai mencari titik koordinat untuk mencapai dermaga, sementara yang lain mulai mempacking barang bawaan masing-masing.

Sesampainya kami di dermaga tempat kami untuk menaiki kapal motor unutk kembali ke pos awal kami. Sempat ada pertanyaan di antara kami apakah kami harus mendayung lagi atau tidak, mengingat fisik yang sudah banyak keluar. Ternyata untuk pulang ini kami tak perlu mendayung lagi, kapal motor menggunakan mesinnya untuk mengantar kami ke pos awal kami yaitu tempat PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia).

Sampai di pos awal, barulah kami menemui kamar mandi. Teman-teman yang sudah gerah dengan badan yang tak mandi selama 3 hari segera bergegas mandi, sementara tema-teman yang cuek (termasuk gw) memutuskan untuk tidak mandi dan memilih untuk mandi di rumah saja. hehe :D. Setelah bersih-bersih kami makan siang dan bergegas pulang ke Bekasi lagi.

Bye Waduk Jatiluhur, Gunung Cilembu.. 🙂

 
3 Comments

Posted by on September 21, 2010 in liburan, pengalaman

 

Tags: , , , , , , , , ,

Nice Holiday at Pulau Tidung


Waktu libur dari tanggal 6-18 September gw pergunakan sebaik mungkin. Memang cukup susah untuk mendapatkan libur di kampus gw, alhasil jika ada waktu libur seperti ini kudu dipergunakan sebaik mungkin.

Dari yang pertama tanggal 5-7 gw ke Desa Cikandang, Cikajang, Garut (udah gw post sebelumnya). Nice place! Tempat yang asri begitu sejuk ditambah dengan pelajaran-pelajaran baru yang didapat. Gw gag cerita banyak tentang ini karena udah gw post sebelumnya.

menggila bersama

Selanjutnya, tanggal 12-13 gw dan teman-teman berlibur di Pulau Tidung. Dimulai start dari muara angke lalu kami menaiki kapal motor ke Pulau Tidung yang ditempuh selama kurang lebih 2,5 jam. Beberapa di antara kami ada yang mabok, termasuk gw walaupun gag sampai muntah.

Sesampainya di sana gw cukup kaget dengan tepi-tepi pulau yang banyak sampah, tak terurus. Kemana nih pemerintah, gag peka yaa?

Oke, lanjut. Cuaca di sana sangat terik. Panas matahari seakan menusuk-nusuk kulit secara langsung. Beberapa di antara kami menggunakan sunblock untuk mengurangi kemungkinan kulit menjadi hitam. Gw yang pada dasarnya udah hitam, tak terlalu takut lah.. hehe.. 😀

snorkeling di pulau tidung

Setelah makan siang, kami menuju tempat untuk melakukan snorkeling. It’s my first experience! Waw. Kami dibawa ke tengah laut, lalu snorkeling di sana. Melihat terumbu karang dan ikan-ikan indah secara langsung membuat gw langsung tertegun, betapa indah makhluk hidup laut ciptaan Tuhan. Seekor ikan yang sangat pipih (hampir cuma berbentuk garis) berwarna merah, kuning, hijau, biru, membuat mata gw terbelalak, ternyata ada loh ikan berbentuk seperti itu, dan masih banyak lagi bentuk ikan yang gw jumpai, begitu juga terumbu-terumbu karang.

Ada dua tempat yang kami datangi untuk snorkeling dan dua-dua tempat itu sangat menarik bagi gw. Namun ada 1 hal yang perlu diperhatikan ketika snorkeling. Kalau masalah berenang, kita bisa tenang saja, karena peralatan diberi lengkap, yang perlu diperhatikan adalah jangan sekali-kali menginjak bulu babi. Ketika gw tanya ke pemandunya, katanya bulu babi sejenis binatang berduri, dan jika terinjak kaki akan mengakibatkan sakit yang tak tertahan. Penasaran akan hal itu, gw pun meminta pemandunya untuk memberi

bulu babi

tahu bentuk bulu babi tersebut. Gw pun diajak pemandu tersebut untuk melihatnya secara langsung. Dengan teknik tertentu sang pemandu berhasil mengambil bulu babi tersebut dari dasar laut, dan gw pun coba untuk memegangnya. Menurut sang pemandu, jika dipegang dari bawah, bulu babi tidak akan beraksi apa-apa, dan itu memang benar. Yang gw rasakan ketika itu hanya geli-geli terkena duri-duri tajam dari bulu babi. Cukup untuk melihat hewan laut itu, gw pun melemparnya kembali untuk masuk ke dalam habitatnya.

sunset di pulau tidung

Menjelang sore kami menepi ke dermaga untuk sejenak beristirahat dan melihat sunset. Tetapi dari kejauhan sang pemandu memberi tahu bahwa ada sebuah jembatan bernama jembatan cinta. Sebuah jembatan yang kurang lebih mempunyai tinggi 4 meter dan biasanya dijadikan permainan. Permainan seperti apa? Sebuah permainan yang memacu adrenalin. Ya, kita melompat dari jembatan itu dan terjun ke laut. Penasaran akan rasanya terjun dari jembatan tersebut, gw pun memutuskan untuk mencoba lompat dari jembatan itu. Wah rasanya pooolll!! Takut, tegang, serem, campur-campur jadi satu. Beberapa detik di udara setelah melompat gw sempet tak bisa bernafas, begitu sudah berbeturan dengan air barulah gw bisa mengambil nafas. Buat teman-teman yang nanti mau ke pulau tidung, wajib mencoba rasa sensasi terjun dari jembatan cinta. 🙂

Setelah  itu kami makan mi rebus untuk sekadar mengisi perut, setelah itu melihat matahari tebenam di pulau tidung, walaupun tak begitu jelas namun cukup puas gw melihat keindahan alam di pulau tidung ketika sunset seperti ini.

Menjelang malam, kami bakar-bakar ikan sambil bernyanyi dengan iringan gitar. Suasana begitu damai dan tenang, suatu hal yang kerap susah ditemui di kegiatan sehari-hari kita.

pagi hari di pulau tidung

Begitu pagi kami bergegas untuk melihat sunrise, namun hampir sama dengan sunset sore sebelumnya, sunrise tak begitu jelas. Tak apalah, mata gw sudah cukup terpuaskan dengan indahnya pagi di sana.

Menjelang pukul 11 kami bergegas untuk pulang. Kembali lagi naik kapal motor selama kurang lebih 2,5 jam kami sampai di muara angke dan mencharter angkot unutk kembali pulang ke Bekasi.

Bye-bye Tidung.. 😀

 
2 Comments

Posted by on September 21, 2010 in Info, liburan, pengalaman

 

Tags: , , , , , ,