Nah, kegiatan gw yang ini merupakan penutup dari masa libur lebaran gw. Tanggal 16-18 September yang lalu gw dan 10 teman yang lain mengadakan suatu pelatihan di daerah Jatiluhur, Purwarkarta tepatnya di daerah Waduk Jatiluhur. Karena pelatihan, berarti ada trainernya dong. Ya, kami bersebelas didampingi 2 trainer, salah satunya dari OBI (OutBound Internasional).
Mengenai pelatihan yang dimaksud mungkin gag akan gw jabarkan di sini karena bersifat intern, tetapi gw akan bercerita tentang pengalaman ditambah pemandangan-pemandangan indah di sana.
Kami berangkatan dari Bekasi pukul 7 pagi menaiki bis ke arah Bandung, dan kami turun di Purwarkarta dan lanjut naik angkot ke arah waduk. Sekadar indormasi biaya yang kami keluarkan untuk sampai waduk Rp 14.000/orang. (Bis Rp 8.000 dan angkot Rp 6.000).
peta dan kompas
Sesampainya kami di waduk, kami langsung makan siang dengan membelinya di warung dekat situ. Yang gw kagetkan dengan biaya Rp 8.000, kami sudah dapat nasi timbal, ayam goreng, tahu, tempe dan sayur. Wah, suatu harga yang murah bukan? Setelah makan siang, kami diajari cara memakai peta dan kompas. Kalau biasayan gw di pramuka menggunakan kompas tembak, tapi ini beda. Kompas yang diajari ke kami adalah kompas yang memang dapat digunakan dengan peta dan suatu pelajaran baru lagi yang gw dapat.
Nah, setelah kami diajari cara memakai peta dan kompas, kami di beri titik koordinat yang merupakan titik yang harus kami tuju untuk ngecamp di sana. Setelah berunding bersebelas, kami sudah sepakat dengan titik tujuan kami. Suatu hal yang perlu diketahui, cara kami unutk menuju titik tersebut adalah dengan mendayung (canoeing) perahu. Tak terbayangkan dengan cuaca di sana yang sangat terik kami mendayung perahu untuk sampai di sana.
mendayung bersama
Sekitar hampir pukul 2 kami bergegas berangkat menuju titik tujuan kami. Panas yang terik, keringat bercucuran, nafas yang tertatih seolah menjadi hal lumrah. Dengan bantuan kompas dan peta kami sampai di titik tujuan kami pukul setengah 4. Ya, hampi 2 jam kami mendayung perahu dan terbakar sengatan matahari.
Ketika sampai di tempat tujuan, kami meyesuaikan posisi kami dengan yang di peta dan ternyata titik koordinat kami pas. Setelah di beri tahu untuk mendirikan tenda, kami pun membagi tugas untuk mendirikan tenda. Menjelang malam, ada yang bertugas memasak dan memasak makanan kami untuk malam tersebut berupa nasi, tempe gorenga dan sayur kangkung, begitu nikmat rasanya. In fact, untuk mendapatkan air bersih di sana sangat susah. Kami membawa botol minum sebanyak 30 buah dan itu kami hemat-hemat agar tak boros, alhasil untuk menyuci beras pun kami memakai air waduk yang tak jelas kebersihannya (untuk masaknya memakai air bersih yang dibawa), but so far i’m ok. 😀
sempat berpose sebelum tracking
Pagi harinya kami mengadakan olahraga pagi dan dilanjutkan makan pagi berupa bubur kacang hijau. Setelah itu kami akan mengadakan tracking dan hiking ke gunung cilembu. Alhasil, kami segera bergegas merapikan tenda dan segala macam barang bawaan ke tas carriel yang kami bawa dan bersiap meninggalkan tempat camp kami tersebut yang bernama beebull.
Kami dibagi dalam 5 kelompok kerja. Ada leader, navigator, cooking, cleaner, dan sweeper. Nah, untuk tracking ini kelompok navigator yang memegang tanggung jawab lebih untuk menunjuk arah perjalanan, walaupun itu menjadi tanggung jawab tim secara keseluruhan. Kenapa ada navigator? Untuk tracking dan hiking ini kami hanya dibekali peta, kompas dan titik-titik koordinat. Dengan cuaca terik dan memanggul tas carriel, kami masih harus dituntut berfikir untuk mencari titik-titik koordinat tersebut dan tujuan intinya adalah puncak gunung cilembu.
pose ketika tracking
Kami mulai start sekitar pukul 8 dan ditargetkan sampai di puncak gunung lembu pukul 4 sore. Bisa ditebak, beberapa kali terjadi perdebatan. Ada yang buru-buru untuk sampai sesuai terget, tapi ada juga yang meminta agar jalannya lebih santai karena cape hingga 2 orang di antara kami mengalami kram di paha dan betis.
Tak usah panjang lebar deh. hehe.. kami sampai di pos terakhir sebelum mendaki sekitar pukul 2. Hal tersebut diakibatkan kami sempat nyasar dan salah menebak arah perjalanan alhasil baru jam 2 kami sampai pos terakhir tersebut. Setelah beristirahat sebentar kami langsung melanjutkan perjalanan kami. Teman-teman yang ditugaskan sebagai navigator berada di barisan terdepan dan gw berada di barisan belakang.
pemandangan waduk jatiluhur
Sayang seribu sayang, kami tak sampai puncak gunung lembu. Padahal sedikit lagi. Ya, kami sedikit nyasar. Gunung tersebut terbilang jarang untuk dinaiki para pendaki, alhasil kami bergantung pada peta dan kompas, kalaupun ada kami mengikuti jalan setapak yang ada. Pada suatu titik kami berhenti, dan navigator bersama trainer mencari tempat untuk bisa mendirikan tenda, ternyata tak ada karena jalan yang kami tempuh salah. Hanya di puncaknya lah kami dapat mendirikan tenda, di tempat lain di gunung tersebut gag bisa karena tekstur tanah yang miring dan sempit. Rona muka kecewa menghiasi muka teman-teman, tapi apa mau dikata, cuaca yang mulai mendung memaksa kami untuk segera turun ke pos terakhir kami tadi.
Hujan ternyata lebih dahulu turun. Tekstur tanah yang didominasi tanah liat mengakibatkan tanah menjadi licin hingga beberapa di antara kami terjatuh. Untunglah kami sampai di pos terakhir alam keadaan selamat walaupun kami kehilangan 1 matras dan 1 ponco, tapi tak apalah yang penting kami bertigabelas selamat.
Menjelang malam, kelompok cooking mulai memasak. Kami makan dengan lahapnya karena begitu banyak energi yang terkuras. Tapi, memang dasarnya anak muda kami tetap saja begadang hingga jam 2 ditemani kopi dan teh, dan mulai tidur jam 2.30.
tracking menuju dermaga
Bangun pukul 5.30 kami langsung olahraga dilanjutkan dengan sarapan. Hari ini merupakan hari terakhir dan waktunya kami untuk bergegas pulang. Ternyata untuk pulang pun kami masih harus ditemani peta dan kompas. Dengan merandom kembali tugas kelompok dalam tim, tim navigator yang baru mulai mencari titik koordinat untuk mencapai dermaga, sementara yang lain mulai mempacking barang bawaan masing-masing.
Sesampainya kami di dermaga tempat kami untuk menaiki kapal motor unutk kembali ke pos awal kami. Sempat ada pertanyaan di antara kami apakah kami harus mendayung lagi atau tidak, mengingat fisik yang sudah banyak keluar. Ternyata untuk pulang ini kami tak perlu mendayung lagi, kapal motor menggunakan mesinnya untuk mengantar kami ke pos awal kami yaitu tempat PODSI (Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia).
Sampai di pos awal, barulah kami menemui kamar mandi. Teman-teman yang sudah gerah dengan badan yang tak mandi selama 3 hari segera bergegas mandi, sementara tema-teman yang cuek (termasuk gw) memutuskan untuk tidak mandi dan memilih untuk mandi di rumah saja. hehe :D. Setelah bersih-bersih kami makan siang dan bergegas pulang ke Bekasi lagi.
Bye Waduk Jatiluhur, Gunung Cilembu.. 🙂