RSS

Monthly Archives: March 2010

Glenn Fredly- (God), You are My Everything


gw gag tau maksud Glenn ketika membuat lagu ini. Tapi, kalau ditujukan pada God, lagunya kian indah..

————————–

————————————————-
You are My Everything

Cruising when the sun goes down
Cross the sea
Searching for something inside of me

I would find all the lost pieces
Hardly feel deep in real
I was blinded now I see

Hey hey hey you’re the one
Hey hey hey you’re the one
Hey hey hey I can’t live without you

Take me to your place
Where our heart belongs together
I will follow you
You’re the reason that I breath

I’ll come running to you
Fill me with your love forever
Promise you one thing
That I would never let you go
‘Cause you are my everything

You’re the one, you’re my inspiration
You’re the one, kiss, you’re the one
You’re the light that would keep me safe and warm
You’re the one, kiss, you’re the one

Like the sun goes down, coming from above all
To the deepest ocean and highest mountain
Deep and real deep I can see now
——————————————————————

Indahnya, jika dari hati yang terdalam, kita mengatakan..

God..
You are the one.. I can’t live without You..
You are the reason that i breath..
and always, You are my everything..



 
6 Comments

Posted by on March 29, 2010 in Lirik, Rohani

 

Tags: ,

UAN


20-24 April 2009 yang lalu gw dan kawan-kawan seangkatan dihadapakan pada Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA. Ujian penentu kelulusan yang menjadi momok yang cukup menakutkan bagi para siswa/i kelas 3 SMP dan SMA. Bagaimana tidak? Kelulusan dari hasil belajar 3 tahun hanya ditentukan dalam 5 hari ujian.

Masih banyak pro-kontra terhadap kebijakan ini. Mungkin karena gw pernah merasakan UAN, gw menjadi pihak kontra dalam hal ini. Perjuangan selama 3 tahun seolah tak berarti jika UAN tak lulus. Keringat yang dikeluarkan selama 3 tahun tak berarti dengan tak lulusnya UAN. Bisa dirasakan bagaimana rasanya jika tak lulus ujian tersebut.

Tak heran di koran-koran marak diberitakan mengenai kecurangan dalam UAN. Sekolah tentu ingin menunjukkan kemampuan terbaik mereka dalam meluluskan para siswa mereka. Tak kalah juga, para pemimpin-pemimpin daerah tentu ingin membuktikan daerah mereka yang terbaik dalam bidang pendidikan. Jadi, tak kaget kalau banyak berita kecurangan yang menghinggapi UAN.

Kemampuan pendidikan siswa di kota dan daerah tentu pula berbeda, sehingga UAN dirasa belum cocok menjadi penentu kelulusan para siswa/i di Indonesia. Untuk pemerintah, bukankah dana anggaran UAN bisa alokasikan untuk membenahi struktur pendidikan Indonesia terlebih dahulu? Lah ini, fondasi pendidikan di Indonesia saja masih amburadul, malah mau buat UAN sebagai penentu kelulusan.

Tahun ini UAN tingkat SMA akan diselenggarakan tanggal 22 Maret-26 Maret 2010. Gw berharap semoga para siswa/i dapat mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Sehingga bisa lulus dengan nilai terbaik. Amin.

“Berbagai pendapat memang bisa dikemukakan. Semoga pemerintah dapat menemukan jalan terbaik untuk pendidikan di Indonesia agar tak kalah saing dengan negara lain.”

 
7 Comments

Posted by on March 20, 2010 in Artikel, Motivasi, pendidikan

 

Tags: , ,

Untuk Mengetahui Nilai Suatu Waktu


Untuk mengetahui nilai 1 tahun
tanyakan pada seorang siswa yang gagal dalam ujian kenaikannya…

Untuk mengetahui nilai 1 bulan
tanyakan pada seorang ibu yang melahirkan prematur…

Untuk mengetahui nilai 1 minggu
tanyakan pada seorang editor majalah mingguan…

Untuk mengetahui nilai 1 hari
tanyakan pada seorang buruh harian yang punya 6 anak untuk diberi makan…

Untuk mengetahui nilai 1 jam
tanyakan pada kekasih yang sedang menantikan waktu bertemu…

Untuk mengetahui nilai 1 menit
tanyakan pada seorang yang ketinggalan kereta…

Untuk mengetahui nilai 1 detik
tanyakan pada seorang yang selamat dari kecelakaan…

Untuk mengetahui nilai 1 mili detik
tanyakan pada seorang pelari yang memenangkan medali Olimpiade…

Jadi, tinggal bagaimana kita menggunakan waktu sebaik mungkin untuk diri kita dan orang lain..

Semoga bermanfaat..^^

dikutip dari: John C Maxwell

 
10 Comments

Posted by on March 14, 2010 in Kutipan, Motivasi, Pengembangan Diri

 

Tags: ,

Perhatikan Apa Yang Dibicarakannya..


Sebenarnya posting-an ini juga masih nyambung dengan posting sebelumnya “Curhat di Sebuah Angkutan Umum”..

Pernah tidak merasa tidak didengarkan? Ucapan dan omongan kita seolah angin lalu saja?. Itulah yang salah satu teman gw rasakan ketika sedang rapat dalam sebuah organisasi.

Ide-ide yang ia punya begitu baik. Namun, sang pemimpin rapat tak menggubrisnya. Pikiran-pikiran yang teman gw keluarkan tak dianggap oleh sang pemimpin rapat. Ya, teman gw ini memang bukanlah ‘pejabat penting’ dalam organisasi tersebut. Dari yang gw tangkap, sang pemimpin rapat hanya melihat dari satu sisi. Dia hanya melihat “Siapa Yang Bicara”, bukan “Apa Yang Dibicarakan”.

Mungkin bukanlah suatu hal baru. Hal itu juga bisa terlihat dalam keseharian kita. Teriakan-teriakan rakyat kecil seolah tak terdengar oleh para pemimpin yang duduk manis sebagai wakil rakyat. Tak semua apa yang dikeluarkan dari mulut para rakyat berupa omong kosong belaka, banyak hal baik yang tentu dapat menjadi masukan. Tapi, bagaimana jika Presiden yang berbicara? Para wakil rakyat akan mengangguk-anggukan kepalanya seraya mengiyakan.

Untuk para anggota DPR, tetaplah berjuang untuk rakyat! Tunjukkan bahwa kalian adalah wakil rakyat yang membela rakyat!

Nasib yang diterima Pak Noh sebagai sopir angkot sejak tahun 1974 ia terima dengan ikhlas. Namun, makin ke sini beban hidupnya bukan semakin berkurang-atau paling tidak tetap- malah semakin bertambah. Ingin mengadu karena tak mendapat BLT, ia berhadapan dengan pintu birokrasi yang begitu rumit. Sekalinya sudah berhasil, malah tak didengar.

Apa yang di benak anda ketika melihat seorang mantan narapidana pembunuh mengemukakan pendapat di depan orang banyak? Yang terbayang oleh diri gw adalah sang mantan narapidana berkoar-koar tapi tak digubris oleh para pendengarnya yang masih memandang backgroundnya yang notabene seorang mantan narapidana.

“Tak perlu memperhatikan siapa yang berbicara, tetapi perhatikan apa yang dibicarakannya”.

 
11 Comments

Posted by on March 10, 2010 in Artikel, komunikasi, Pengembangan Diri

 

Tags: ,

Curhat di Sebuah Angkutan Umum


Kupanjatkan rasa syukurku padaMu, Tuhan..

Seperti biasa di akhir minggu, gw balik ke Bekasi dari tempat kost. Ya, sejenak refreshing ja biar gag bosen di kost. Malam Senin gw balik, dan pulang kembali ke kost Senin sorenya. Biasanya gw balik malam minggu, tapi karena ada kegiatan di kampus, alhasil baru bisa pulang malam Senin.

Ketika pulang dari rumah di Bekasi, gw menggunakan jasa angkutan umum/angkot (M-26). Melihat ada bangku kosong di sebelah sopir, gw pun memilih duduk di depan. Angkot tersebut terbilang kosong. Hanya gw di depan dan seorang ibu beserta anaknya yang masih kecil di belakang.

Baru saja masuk dan duduk, gw langsung disuguhi percakapan seru antara sang sopir dan ibu tersebut. Mereka membicarakan politik. Ya, POLITIK! Terdengar oleh gw, ibu tersebut mengeluhkan kepemimpinan SBY. Ia terlihat tak suka dengan SBY. Dia bercerita bagaimana susahnya untuk mendapat makan. Bahkan, ketika anaknya sakit dan meminta sepiring pecel lele, ia hanya sanggup menangis mengingat pada saat itu tak ada uang di kantong. Dari cara bicara dan mimik muka sang ibu, terlihat apa yang ia tuturkan begitu asli dan murni. Terlintas dalam pikiran gw, apakah separah itu? Di balik gedung-gedung tinggi penghias kota, di balik senyum para pejabat, ada seorang ibu yang terlihat begitu menderita.

Gw coba membangun komunikasi dengan mereka. Gw masuk dalam percakapan dengan mereka. Sebuah pertanyaan gw lontarkan, “jika ibu tidak suka pada SBY, lalu siapa yang ibu pilih pada pemilu kemarin?”. Dengan jelas ia menjawab,”Saya GOLPUT!”. “Lalu, menurut Ibu, siapa yang bisa memimpin Indonesia?” gw coba terus mengajukan pertanyaan. “Entahlah..” Jawaban singkat yang menegaskan bahwa KRISIS KEPERCAYAAN dari ibu tersebut terhadap para pemimpin di negeri ini..

Sayang, percakapan dengan Ibu tersebut tak berlangsung lama. Ia harus turun dengan menyerahkan uang sepuluhribuan dan dikembalikan beberapa ribu oleh sang sopir.

Setelah ibu tersebut turun, gw mencoba mengajak bicara dengan sang sopir. Untungnya, ia merespon baik.  Gw pun mencoba membangun  komunikasi dengan sang sopir yang gw ketahui bernama Pak Noh. Sepanjang perjalanan Ia curhat dengan keadaannya sekarang. Bagaimana hidup yang keras seolah menantang dirinya untuk tetap bertahan hidup.

Ia punya banyak anak. Ya, itulah jawaban yang gw terima ketika gw bertanya berapa anak yang ia punya. Dari banyak anak tersebut, tak ada seorang anak pun yang mampu menempuh pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. “Paling tinggi juga SMK” jawabnya. Hingga sekarang tinggal 2 anak yang masih sekolah. Satu di SMP, satu lagi di SMK. Sisanya? Ada yang udah kerja bahkan ada seorang anak yang sudah hidup cukup di kampung bekerja di sebuah Puskesmas. Namun yang ia sayangkan, anak tersebut seolah lupa dengan dirinya. Waw? tak tahu dirikah anak tersebut? Tak ia lihatkah perjuangan ayahnya?..

Ia sudah menjadi sopir angkot dari tahun 1974. Sama sekali bukan waktu yang pendek! 36 tahun ia bekerja sebagai sopir. Umurnya sekarang? 60 tahun. Dari segi fisik, tak terlihat ia sudah berumur 60 tahun. “Alhamdulilah..” Serunya. Gw sendiri lupa sudah berapa kali ia mengucap kata ALHAMDULILAH sepanjang perjalanan. “Saya dulu perokok berat dari tahun 1977 sampai 1990. Tapi, karena merasa sakit dengan merokok terus menerus, saya putuskan untuk berhenti. Untung saya sudah berhenti,loh! kalau tidak bayangkan saja, 1 bungkus rokok bisa seharga 10.000 hingga 11.000. Coba kita ganti ke beras. Bisa dapat 2 Liter!” Ujarnya membandingkan jika membeli rokok dengan beras.

Harga beras sekarang yang menyentuh 5.000/liter, terasa berat olehnya. “Mau pakai raskin, eh, berasnya perah begitu. Udah gitu, kadang raskin diembat sama orang yang semestinya gak dapat raskin. Sama lah dengan BLT,” Pak Noh memberi penjelasan. “Terus bapak mau harga beras berapa?” tanya gw. “Ya, 2000-3000.liter. Ya, mungkin kasihan petaninya kalau harganya segitu. Makanya pupuk dimurahin, pasti harga beras juga bisa murah,” ucapnya. Wah, tugas Ibu Elka Pangestu nih..

Pak Noh tinggal di sebuah kontrakan rumah sepetak di daerah Kayuringin Jaya, Bekasi. Setiap bulan ia harus menyetor 125.000 kepada sang pemilik rumah tersebut. “Seharusnya sudah harus dibayar tanggal 6 kemarin, tapi sampai sekarang belum ada duit, mau gimana lagi?” ucapnya sambil memegang uang 25.000 yang merupakan hasil bersih yang baru ia dapat hari ini. Padahal hari sudah menjelang sore. “Untuk membawa mobil, kami shift-shiftan. Saya kebagian siang-an lah” katanya.

Setiap hari, ia harus menyetor 85.000. Tidak setiap hari ia sanggup untuk menyetor uang sejumlah itu. Tapi, ia beruntung karena sudah bekerja puluhan tahun. Walaupun setoran tak sampai segitu, ia tak kena damparatan atau hinaan dari sang empunya kendaraan.

Ia menjadi sopir tak hanya untuk mencari makan dan membayar kontrakan rumah. Ia juga harus membayar hutang. “Punya hutang 1,5juta dan harus diciil 25.000 tiap hari,” jelas pak Noh ke gw. Ia biasa mencari pinjaman uang di daerah Kampung Melayu. Mulai meminjam dengan uang 100.000,500.000,1juta hingga sekarang 1,5 juta. Pinjaman uang tersebut, hanya berdasar kepercayaan. Gw lupa menanyakan apakah ada bunga yang ditetapkan dan berapa besarnya. Uang pinjaman tersebut ia gunakan untuk keperluan anaknya sekolah. “Uang buat ujian anak saya saja belum saya bayar” keluh Pak Noh. Ia mengatakan bahwa uang pinjaman 1,5 juta pernah ia baru lunaskan dalam tempo 7 bulan. Setelah itu, baru boleh meminjam uang lagi. Wah, apakah anak-anak Pak Noh tahu akan hal itu? Perjuangan keras memeras keringat yang tiada henti ia kucurkan untuk keberhasilan anak-anaknya. “Alhamdulilah, anak saya sudah ada yang kerja di Puskesmas, walaupun gak inget kita yang di sini” Ujarnya.

Menjelang turun, kuberi pak Noh bayaran atas jasa angkotnya. Pak Noh pun menyampaikan pesan yang luar biasa. “Walaupun cuma bisa makan teri, yang penting mah BERSYUKUR SAJA. Apapun yang didapat bersyukur saja,” Ucapnya sambil kututup pembicaraan kami dengan kata AMIN.


 
15 Comments

Posted by on March 8, 2010 in Refleksi, wawancara

 

Tags: , ,

Penampilan


2 Maret kemarin gw memulai perkuliahan semester 2. Banyak motivasi yang gw bentuk agar semester 2 ini berjalan dengan baik. Banyak keinginan, harapan, dan cita-cita yang ingin diraih di semester ini. Tentu saja yang utama, menaikkan IPK. hehe..

Untuk memulai semster 2 ini, hari Senin, 1 Maret, gw memutuskan untuk memangkas rambut yang notabene belum terlalu gondrong. Ketika masuk kuliah, seorang teman bertanya, kenapa rambut lw dipotong? kan belum panjang..

Ya, pertama pada dasarnya gw-yang orang Timor Leste- mempunyai rambut yang keriting. Jika rambut pendek, tentu tidak terlalu kelihatan, malah terlihat rambut gw bergelombang. Tak ada tanda-tanda rambut keriting. Tapi, jika rambut ini dibiarkan panjang, kertingnya akan mudah terlihat, dan gw gak suka itu. Alhasil, rambut pendek jadi idola gw.

Alasan kedua gw adalah untuk penampilan. Tak dapat disangkal bahwa penampilan adalah hal pertama yang orang nilai dari diri kita. Dari ujung rambut hingga ujung kaki merupakan bagian dari penampilan yang secara tak langsung akan dinilai oleh orang lain-terlebih orang yang belum dikenal-. Karena alasan tersebut, gw memutuskan untuk memangkas rambut. Dengan dimulainya semester 2-tentu dengan dosen yang berbeda-, penampilan pertama kita tentu diperhatikan oleh dosen. Jika pandangan awal dosen terhadap diri kita positif tentu untuk ke belakangnya akan lebih mudah bagi kita.

Dimana-mana tentu penampilan kita dinilai. Bagaimana pikiran anda ketika melihat seorang  lelaki di pinggir jalan dengan rambut gondrong, celana jeans sobek-sobek, muka kusut, sepatu kotor, apalagi jika menenteng rokok. Penilaian seperti apa yang anda beri untuk orang seperti itu?. Masalah penampilan akan lebih mencolok untuk diperhatikan ketika melamar kerja. Penampilan awal tentu sangat dinilai. Akankan kita melamar kerja dengan rambut tak rapi dan sepatu bertalikan tali warna-warni?

Masalah penampilan tak hanya melulu dari segi rambut ataupun pakaian. Masih banyak lagi. Salah satunya sikap tubuh. Apa yang anda di pikiran anda ketika melihat seorang remaja berjalan menunduk? Apa yang terlintas di benak anda ketika orang yang anda ajak biacara tak berani menatap mata anda?

 
5 Comments

Posted by on March 3, 2010 in kampus, Pengembangan Diri

 

Tags: , , ,

God Has A Best Way For You and Me


1 Maret 2009 yang lalu, gw inget kalo gw ngikut tes SIMAK yang diadakan Universitas Indonesia. Namun, belum rezekinya untuk kuliah di sana. Untuk posting yang sekarang, gw bakal sedikit cerita tentang pendidikan formal gw.

Masa sekolah dasar gw habiskan di 3 pulau berbeda. SD kelas 1 dan 2 gw habiskan di Timor Leste, dan di sekolah yang berbeda pula. Kelas 1 SD di SD Farol, 2 SD di SD Bebonuk. Karena kerusuhan yang terjadi di sana, kelas 3 SD gw pun pindah. Pulau Sumatera menjadi tujuannya. Medan tepatnya. 1 tahun gw habiskan di sana untuk meyelesaikan kelas 3 SD. SD Santo Yoseph nama sekolahnya. Kelas 4 SD sampai 6 SD dihabiskan di pulau Jawa, Bekasi tepatnya. SD Maria Fransiska nama sekolahnya. Prestasi gw biasa saja di sana. Cukup mencapai 10 besar sudah bisa membanggakn buat gw.

Nah, setelah menyelesaikan pendidikan dasar, pada awalnya tujuan untuk SMP adalah Jakarta. SMPN 109 atau 252. Sudah berusaha semaksimal mungkin, ternyata otak gw memang gak bisa masuk di sana. Alhasil, gw masuk SMPN 7 Bekasi. Pada saat itu, sebenarnya gw masih biasa aja dengan tidak diterimanya gw di SMPN Jakarta tersebut.

3 tahun di SMPN 7 Bekasi ternyata ada beberapa prestasi yang bisa gw ukir. Yang paling membanggakan buat gw adalah Juara Harapan 2 Siswa Berprestasi se-Kota Bekasi. Waw! Betapa bangganya gw! Ternyata dengan sekolah di sana gw bisa berprestasi, dan (mungkin) orang tua gw bangga akan hal itu, walaupun mereka gak pernah menyiratkan secara langsung. Di SMPN 7 juga, gw pernah dipercaya untuk mewakili sekolah lomba renang. Walaupun gak juara, tapi itu sudah suatu prestasi buat gw. Hal-hal tersebut mungkin belum bisa gw dapat jika sekolah di Jakarta. Ya, bagaimana pun gw mensyukuri hal itu. Prestasi akademik gw meningkat selama SMP. Peringkat 2 besar gak pernah lepas dari genggaman. Wah, jujur! Itu gak pernah terlintas di pikiran gw.

Setelah melewati masa pendidikan menengah, pikiran bercabang untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas. Di Jakarta atau Bekasi? Orang tua memberi saran di Bekasi saja. Gw pun mengikutinya. Pada tahun kelulusan SMP gw, untuk masuk SMA negeri, menggunakan NEM sebagai patokannya. NEM gw kala SMP 26,73. Dan pilihan gw utnuk SMA adalah SMAN 2 dan SMAN 6. Sebenarnya gw cukup optimis untuk bisa masuk SMAN 2 Bekasi karena NEM dengan rata-rata di atas 8. H-1 sebelum pengumuman, batas NEM untuk masuk SMAN 2 adalah 26,60. Hati sudah deg-deg’an karena hampir menyentuh NEM gw. Ternyata pada hari H pengumuman batas NEM untuk SMAN 2 adalah 26,84. Hanya beda 0,13! Waw, nyesek!! Setelah SMP gw gak bisa di SMP incaran, ternyata SMA juga begitu. Akhirnya gw SMA di SMAN 6 Bekasi, yang batas NEMnya 25,80.

3 tahun di SMA 6 Bekasi hal yang ‘lebih’ gw dapat. Banyak hal yang gw dapat. Especially, dari Pramuka. 3 kali Juara Lomba Cepat Tepat (LCT) Pramuka sehingga bisa dapat Juara Umum Pramuka se-Kota Bekasi dan Karawang.  Bisa ikut Raimuna Daerah Jawa Barat (pertemuan pramuka se-Jawa Barat) 9-16 Juli 2007 , Satuan Protokoler Pramuka Kota Bekasi hingga jadi panitia Raimuna Cabang Kota Bekasi 2008. Waw, Pramuka memang membentuk diri gw hingga sekarang. Gw juga juara 1 LCT MIPA se-Bekasi. Di lomba itu gw beruntung dapat teman-teman hebat dalam kelompok sehingga bisa memenangi lomba tersebut.

Selepas SMA, tibalah pemikiran untuk kuliah. Banyak rancangan untuk kuliah di PTN. Namun, Tuhan berkehendak lain. Dari incaran-incaran PTN, tak ada satu pun yang tembus. Alhasil, PTS jadi sasaran. FE Universitas Trisakti jadi pilihan. Gw ambil akuntansi di sana.

Dari pilihan prioritas SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi gak ada yang nembus. Gw memang gak nembus di pilihan prioritas itu, tapi gw bisa dapat hal ‘lebih’ dari pilihan yang memang bukan prioritas. Tuhan bakal nunjukin jalan-Nya. Gw percaya selama kita memang sudah berusaha semaksimal mungkin, Tuhan pasti akan nunjukin jalan terbaik buat kita. Gw bertekad mengukir prestasi di Trisakti. Walaupun gw PTS, gw gak akan kalah dengan yang dari PTN.

God has a best way for you and me.. ^^

 
11 Comments

Posted by on March 1, 2010 in kampus, Motivasi, pendidikan, Refleksi

 

Tags: , , , ,