Tell me and I will forget, Show me and I may remember, Involve me and I will understand…
Setelah sekian lama tidak update blog, akhirnya kesampaian dan timbul rasa ingin menulis.. 🙂 #fiuuhhh
Topik pembahasan di post hari ini adalah salah satu metode pembelajaran yang saya dapat ketika mengikuti kegiatan-kegiatan outing/outdoor activities ataupun outbound, yaitu “Experiential Learning (EL)”…
Seperti yang pernah saya tulis di https://catatanrodes.wordpress.com/2010/01/15/orang-sanguinis-vs-accounting/ dan beberapa posting yang lain, di bidang akademis memang saya berada di jurusan akuntansi, tapi minat dan passion saya tidak berada di sana. Aneh? Di dunia zaman sekarang memang kerap kali terjadi hal seperti itu. “Tak ada sesuatu yang percuma” Itu lah yang dapat saya tanamkan dalam fikiran. Memang akuntansi tidak cocok dengan kepribadian saya, tapi ilmu-ilmu di sana tetap saja dapat berguna bagi saya. 🙂
Lalu, apa passion dan minat saya? Saya tertarik dengan bidang outing/outdoor activities/outbound! Kegiatan-kegiatan tersebut memang jelas sekali berbeda dengan akuntansi. Di kegiatan-kegiatan tersebut saya mendapat tantangan yang lebih, saya dapat berjumpa dengan banyak orang, dan yang terlebih metode pembelajaran EL yang menurut saya merupakan salah satu metode pembelajaran yang terbaik. Di postingan ini saya akan mencoba mendeskripsikan EL berdasar pengalaman dan pengetahuan yang saya dapat. Mungkin akan banyak hal yang bisa didapat dengan mengetik Experiential Learning di “mbah google”, tapi ini lah sedikit yang ingin saya bagikan.. 🙂
Apa itu Experiential Learning? Experiential Learning adalah salah satu metode pembelajaran dimana kita “diuji” terlebih dahulu barulah “belajar”. Dengan kata lain kita mengambil pengalaman sebagai pembelajarannya. Dengan harapan dari pengalaman tersebut kita dapat memperbaiki kesalahan, tidak mengulangi kesalahan yang sama, dapat mencari solusi terbaik dalam masalah, dan masih banyak lagi. Metode EL berbanding terbalik dengan metode pembelajaran yang kita dapat di bidang akademis (sekolah). Kalau di sekolah/kampus, kita belajar terlebih dahulu baru kita mengikuti ujian. Berbeda dengan EL. Di EL, kita mengikuti ujian terlebih dahulu lalu kita belajar.
Pernah dengar pepatah yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang terbaik”? Saya rasa itu merupakan salah satu gambaran dari EL itu sendiri. Kita dihadapkan pada problem/masalah terlebih dahulu. Kita diuji, mencari solusi dari masalah tersebut. Jika gagal? Ya, itulah letak EL berada. Ketika kita salah, kita berhenti sejenak lalu berfikir agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sebagai contoh, akan saya ambil pada kegiatan-kegiatan outdoor activities seperti halnya “pelatihan team building”. Kenapa? Karena penerapan EL ini sangat cocok dengan kegiatan-kegiatan outdoor seperti itu.
Di kegiatan training/pelatihan seperti team building, kelompok akan dihadapkan pada tantangan-tantangan berupa simulasi. Di sana lah kita dapat melihat EL. Kelompok akan mencoba menyelesaikan tantangan tersebut dengan target waktu tertentu. Ketika target waktu lewat dan kelompok belum berhasil, maka tiap-tiap anggota dari kelompok tersebut haruslah melakukan review mengenai cara/strategi mereka dalam menyelesaikan tantangan simulasi tersebut. Terlihat jelas bukan EL nya? Mereka akan belajar dari pengalaman tersebut dan ketika melakukan tantangan tersebut kembali, diharapakan mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan yang terpenting lagi, nilai pembelajaran dari pengalaman tersebut haruslah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kelompok tersebut. 🙂
Bicara mengenai tantangan, ada 3 jenis tantangan yang ada di kegiatan-kegiatan outdoor dan merupakan tantangan yang tak lepas dari EL ini. Yang pertama adalah tantangan dari diri sendiri dan orang lain. Apa itu? Ada orang yang takut akan ketinggian,kegelapan, ataupun fobia-fobia yang lain. Itu merupakan tantangan yang datang dari diri sendiri. Biar bagaimanapun tantangan dari diri sendiri ini harus ditekan agar kemampuan yang terbaik dari orang tersebut dapat keluar dan tentu akan berguna bagi kelompok maupun tim. Tentu dapat dideskripsikan sendiri kan tantangan dari orang lain? 😉
Yang kedua adalah tantangan berupa simulasi/games. Tantangan inilah yang akan melibatkan kelompok/tim. Kelompok/tim dihadapkan pada tantangan yang berupa simulasi/games. Mereka bertugas untuk menyelesaikannya sesuai instruksi dengan kemampuan terbaik mereka. Tentu saja apabila belum berhasil, maka metode yang dipake seperti yang telah saya jelaskan di atas.
Yang ketiga adalah tantangan yang tak bisa diprediksi. Apa itu? Tantangan yang tak bisa diprediksi merupakan tantangan yang berasal dari alam. Tentu kita tak dapat menebak dengan pasti kapan hujan, tanah longsor, dan kejadian-kejadian alam lainnya bukan? 😉
Semoga bermanfaat.. 🙂
Let the experiences speak by their self, tell story, and reflection.. #ExperientialLearning