RSS

Category Archives: opini

Generasi Menunduk dan Mengeluh


Dunia digital yang hebat menghujani generasi sekarang. Kemampuan teknologi berkembang cepat dan (menurut saya) out of control. Ya, di luar dari kontrol manusia itu sendiri. Kita yang menciptakan, justru kita yang tak dapat mengkontrolnya.

Bayi pun lihat hp :p

Bayi pun lihat hp :p

Berkaitan dengan judul post ini, saya sedikit melihat realita yang ada di kehidupan sekarang. Coba tengok orang sekitar anda. Ketika anda menunggu bis di halte/jalan menuju kantor/kampus, orang sebelah anda sedang menunduk dan mengutak-atik gadget di tangannya. Ketika anda udah menaiki bis tersebut, orang yang duduk di sebelah kanan dan kiri anda pun melakukan hal yang sama. Begitu pula ketika sudah sampai tujuan di kantor/kampus, orang yang kita temui pun melakukan hal yang sama. Aneh? Ya, aneh tapi nyata. Itulah realita yang ada sekarang. Kita lebih memilih untuk menunduk dan mengutak-atik gadget yang kita pegang dibandingkan menyapa orang yang ada di sebelah kanan dan kiri kita. Kesempatan untuk menjalin tali silaturahmi hilang begitu saja…

Contoh lain. Di rumah, kita cenderung memilih duduk di depan komputer atau PS! Dibandingkan menyapa dan menengok tetangga yang rumahnya berada di sebelah rumah kita. Dan karena canggihnya teknologi, diciptakanlah alat berupa Tab, Ipad atau PSP, sehingga terbentuk juga “generasi menunduk”. Luar biasa bukan?

Selain terbentuk ‘generasi menunduk’, teryata tercipta pula ‘generasi mengeluh’! tengok saja recent updates di Blackberymu, TimeLine di Twittermu, atau Update Status di Facebook. Sebagian besar itu semua merupakan ucapan-ucapan keluhan. Mengapa bisa begitu? Tidak adakah tempat curhatan lain selain di dunia maya?

Keluhan pun berbagai macam bentuknya. Mulai dari kepenatan akan tugas di kampus, kebosanan dengan rutinitas kantor, rasa galau dan patah hati hingga rasa sakit yang sesungguhnya. Ironis? Ya, it is the reality.

Idealnya, sang pencipta adalah sosok yang dapat mengatur yang diciptakannya (seperti Tuhan pada manusia). Yang menjadi titik perhatian adalah manusia yang menciptakan alat-alat tersebut, tetapi kita tak dapat mengatur alat-alat tersebut. Justru kita yang ‘diatur’ oleh mereka.

Don’t make us depend on them! Let us control them for make our life easier…

Lantas, ini suatu hal positif atau negatif? Saya rasa anda pun dapat menyimpulkannya 😉

 
Leave a comment

Posted by on June 18, 2012 in opini, pengalaman, teknologi

 

Tags: , ,

Reactive Person


Beberapa hari yang lalu saya sedang mengikuti sebuah rapat. Di rapat tersebut muncul banyak ide yang ditampung kepanitiaan. Tapi yang menarik adalah sisi reaktif dari beberapa orang. Ya, reaktif. Reaktif sendiri menurut saya adalah tindakan yang cenderung atau segera bereaksi terhadap sesuatu yang muncul. Ide-ide yang muncul ditanggapi dengan reaktif, yang menurut hemat saya tidak baik.

Sangat disayangkan, apabila orang muda merupakan orang yang reaktif. Meminjam istilah “survivor” (orang yang melakukan survival), dikenal istilah S-T-O-P. Istilah tersebut digunakan apabila sang survivor tersesat. S-T-O-P juga dapat kita gunakan agar kita tidak menjadi orang yang reaktif terhadap sesuatu/ide yang muncul.

S – Seating : Ketika mendapatkan ide/masukan/pendapat orang, kira berhenti dan sejenak menarik nafas. Hilangkan kepanikan ketika banyak ide/masukan/pendapat yang masuk.

T- Thinking : Setelah itu kita fikir ide/masukan/pendapat tersebut secara baik dan logis. Berfikir tetap tenang dalam situasi yang dihadapi.

O- Observation : Setelah berfikir, liat situasi, kondisi, dan keadaan sekitar. Lalu tentukan arah yang sesuai dengan ide yang kita terima.

P- Planning : Setelah melihat keadaan sekitar, buat rencana dan perhitungkan konsekuensi yang muncul akibat rencana tersebut.

Menjadi orang yang reaktif mungkin baik, karena hal tersebut berarti kita dapat mencerna ide dan masukan dengan baik tapi dengan cara yang kurang tepat. Kita tidak memperhitungkan konsekuensi dengan memerhatikan keadaan dan situasi sekitar. Ada baiknya kita menggunakan pemetaan S-T-O-P ketika mendapat banyak ide/masukan/pendapat hingga ketika menghadapi situasi yang sulit.

Semoga bermanfaat..
🙂

 

Tags: , , , , , , ,

Experiential Learning


Tell me and I will forget, Show me and I may remember, Involve me and I will understand…

Setelah sekian lama tidak update blog, akhirnya kesampaian dan timbul rasa ingin menulis.. 🙂 #fiuuhhh

Topik pembahasan di post hari ini adalah salah satu metode pembelajaran yang saya dapat ketika mengikuti kegiatan-kegiatan outing/outdoor activities ataupun outbound, yaitu “Experiential Learning (EL)”…
Seperti yang pernah saya tulis di  https://catatanrodes.wordpress.com/2010/01/15/orang-sanguinis-vs-accounting/ dan beberapa posting yang lain, di bidang akademis memang saya berada di jurusan akuntansi, tapi minat dan passion saya tidak berada di sana. Aneh? Di dunia zaman sekarang memang kerap kali terjadi hal seperti itu. “Tak ada sesuatu yang percuma” Itu lah yang dapat saya tanamkan dalam fikiran. Memang akuntansi tidak cocok dengan kepribadian saya, tapi ilmu-ilmu di sana tetap saja dapat berguna bagi saya. 🙂

Lalu, apa passion dan minat saya? Saya tertarik dengan bidang outing/outdoor activities/outbound! Kegiatan-kegiatan tersebut memang jelas sekali berbeda dengan akuntansi. Di kegiatan-kegiatan tersebut saya mendapat tantangan yang lebih, saya dapat berjumpa dengan banyak orang, dan yang terlebih metode pembelajaran EL yang menurut saya merupakan salah satu metode pembelajaran yang terbaik. Di postingan ini saya akan mencoba mendeskripsikan EL berdasar pengalaman dan pengetahuan yang saya dapat. Mungkin akan banyak hal yang bisa didapat dengan mengetik Experiential Learning di “mbah google”, tapi ini lah sedikit yang ingin saya bagikan.. 🙂

Apa itu Experiential Learning?  Experiential Learning adalah salah satu metode pembelajaran dimana kita “diuji” terlebih dahulu barulah “belajar”. Dengan kata lain kita mengambil pengalaman sebagai pembelajarannya. Dengan harapan dari pengalaman tersebut kita dapat memperbaiki kesalahan, tidak mengulangi kesalahan yang sama, dapat mencari solusi terbaik dalam masalah, dan masih banyak lagi. Metode EL berbanding terbalik dengan metode pembelajaran yang kita dapat di bidang akademis (sekolah). Kalau di sekolah/kampus, kita belajar terlebih dahulu baru kita mengikuti ujian. Berbeda dengan EL. Di EL, kita mengikuti ujian terlebih dahulu lalu kita belajar.

Pernah dengar pepatah yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang terbaik”? Saya rasa itu merupakan salah satu gambaran dari EL itu sendiri. Kita dihadapkan pada problem/masalah terlebih dahulu. Kita diuji, mencari solusi dari masalah tersebut. Jika gagal? Ya, itulah letak EL berada. Ketika kita salah, kita berhenti sejenak lalu berfikir agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sebagai contoh, akan saya ambil pada kegiatan-kegiatan outdoor activities seperti halnya “pelatihan team building”. Kenapa? Karena penerapan EL ini sangat cocok dengan kegiatan-kegiatan outdoor seperti itu.
Di kegiatan training/pelatihan seperti team building, kelompok akan dihadapkan pada tantangan-tantangan berupa simulasi. Di sana lah kita dapat melihat EL. Kelompok akan mencoba menyelesaikan tantangan tersebut dengan target waktu tertentu. Ketika target waktu lewat dan kelompok belum berhasil, maka tiap-tiap anggota dari kelompok tersebut haruslah melakukan review mengenai cara/strategi mereka dalam menyelesaikan tantangan simulasi tersebut. Terlihat jelas bukan EL nya? Mereka akan belajar dari pengalaman tersebut dan ketika melakukan tantangan tersebut kembali, diharapakan mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan yang terpenting lagi, nilai pembelajaran dari pengalaman tersebut haruslah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kelompok tersebut. 🙂

Bicara mengenai tantangan, ada 3 jenis tantangan yang ada di kegiatan-kegiatan outdoor dan merupakan tantangan yang tak lepas dari EL ini. Yang pertama adalah tantangan dari diri sendiri dan orang lain. Apa itu? Ada orang yang takut akan ketinggian,kegelapan, ataupun fobia-fobia yang lain. Itu merupakan tantangan yang datang dari diri sendiri. Biar bagaimanapun tantangan dari diri sendiri ini harus ditekan agar kemampuan yang terbaik dari orang tersebut dapat keluar dan tentu akan berguna bagi kelompok maupun tim. Tentu dapat dideskripsikan sendiri kan tantangan dari orang lain? 😉

Yang kedua adalah tantangan berupa simulasi/games. Tantangan inilah yang akan melibatkan kelompok/tim. Kelompok/tim dihadapkan pada tantangan yang berupa simulasi/games. Mereka bertugas untuk menyelesaikannya sesuai instruksi dengan kemampuan terbaik mereka. Tentu saja apabila belum berhasil, maka metode yang dipake seperti yang telah saya jelaskan di atas.

Yang ketiga adalah tantangan yang tak bisa diprediksi. Apa itu? Tantangan yang tak bisa diprediksi merupakan tantangan yang berasal dari alam. Tentu kita tak dapat menebak dengan pasti kapan hujan, tanah longsor, dan kejadian-kejadian alam lainnya bukan? 😉

Semoga bermanfaat.. 🙂

 Let the experiences speak by their self, tell story, and reflection.. #ExperientialLearning

 

Tags: , , , , , , , , , , ,

Demam Sepakbola Nasional


Masyarakat Indonesia akhir-akhir ini sedang keranjingan dengan sepakbola, terutama sepakbola nasional. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari wajah para punggawa timnas Indonesia muncul di layar kaca televisi, menghiasi koran-koran, hingga menjadi Trending Topic di salah satu situs jejaring sosial.

Berlebihan? Mungkin iya. Tengok saja hasil yang diraih Indonesia pada final leg 1 di Malaysia. Tim Garuda takluk 3 gol tanpa balas. Pelatih Timnas, Alfred Riedl pun mengakui bahwa pemberitaan berlebihan mengenai timnas dan ada nya politisasi dari timnas itu sendiri sangat mempengaruhi kinerja tim merah putih yang sedang dibesutnya.

Hampir seluruh lapisan masyarakat begitu percaya diri dengan hasil yang digapai tim Merah Putih dari babak kualifikasi grup hingga seminifinal. Nyaris tanpa cacat para petarung lapangan hijau Indonesia tersebut bermain. Statistik memasukan 15 gol dan hanya kebobolan 2 gol menjadi bukti sahnya. Namun sangat disayangkan justru di puncak perhelatan akbar sepakbola se-asia tenggara tersebut timnas bertekuk lutut di Malaysia 3-0. Memang baru pertandingan leg 1, tetapi di atas kertas cukup susah bagi Firman utina cs. untuk membalikkan keadaan.

Gw sesungguhnya gag menyalahkan timnas. Permainan timnas hingga menit 60 terbilang baik. Mereka bisa menyeimbangi gempuran para pemain Malaysia. Yang gw sayangkan adalah ulah suporter Malysia yang jauh dari sportifitas. Bayangkan saja, mana ada pemain yang bisa konsentrasi jika dirinya disorot dengan laser seperti yang dialami kiper timnas, Markus Horison? Gw salut dengan Markus yang berani tegas meminta pertandingan dihentikan karena ulah suporter tersebut. Pertandingan pun dihentikan kurang lebih 5 menit.

Setelah pertandingan dihentikan nampaknya konsentrasi pemain timnas berkurang bahkan merosot drastis. Kesalahan-kesalahan yang tak perlu mereka lakukan. Menurut gw itu suatu keadaan normal. Selama lebih dari setengah pertandingan mereka bermain baik dengan konsentrasi tinggi dan pertandingan dihentikan karena ulah laser. Sudah otomatis tingkat konsentrasi akan menurun dan itu yang terjadi pada pemain timnas. Mungkin para suporter Malaysia akan tertawa melihat ulah mereka berhasil menggoyangkan pertahanan Indonesia. Ya, para suporter Malaysia berhasil membuat koordinasi antar lini timnas Indonesia berantakan. Sudah pasti sunggingan senyuman menghiasi wajah mereka.

Bukan kali ini saja suporter Malaysia melakukan hal tersebut. Di semifinal, Vietnam pun mengalami nasib yang serupa dengan Indonesia. Entah fikiran apa yang berada di dalam benak suporter Malaysia. Yang pasti kemenangan tersebut diraih dengan cara yang tak baik. Kalaupun Malaysia juara, juaranya gag BERKAH.

29 Desember nanti masih akan diadakan pertandingan leg2 yang rencananya akan diadakan di SUGBK, Jakarta. Ya, kita sebagai masyarakat Indonesia tentu sangat berharap adanya keajaiban untuk para punggawa timnas Indonesia. Keep Fighting Indonesia!!


 

 
7 Comments

Posted by on December 27, 2010 in Artikel, Indonesia, olahraga, opini

 

Tags: , , ,

Memulai dari Akhir


Waaaahh… lama tak menulis di blog.. Kangeeennn!!! Ya, jujur, setelah gw ngepost tulisan tentang berumur 1 tahunnya blog gw, gw hanya sesekali menengok blog gw ini. Kesibukan di dunia nyata yang cukup menyita waktu membuat gw gag produktif untuk menulis di blog. Ada yang punya ide buat ngatasin hal itu? 😉

Di postingan kali ini gw akan bercerita tentang suat “nilai” penting yang gw dapat waktu mengikuti sebuah pelatihan kepemimpinan tanggal 26-28 November yang lalu. Bisa dilihat dari judul post ini “Memulai dari Akhir”.

Hidup manusia dimulai dari dia lahir hingga akhirnya dia meninggal. Mengapa judulnya “memulai dari akhir?” Bukankah untuk memulai segalanya dari AWAL?. Nih, akan gw akan sedikit bercerita. Hidup manusia di dunia memang berakhir ketika dia meninggal, jadi mari kita lihat dari sudut pandang ini.

Apa yang kamu inginkan orang-orang katakan tentang dirimu ketika dirimu meninggal? Sebuah pujian, hujatan, sanjungan atau caci maki? Tentu ketika kita meninggal nanti, kita ingin meninggalkan segala hal baik yang telah kita lakukan untuk dikenang orang. Nah, dari melihat “akhir” tersebut, hal-hal apa yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut agar tercapai? Tentu melakukan hal-hal yang baik, menjauhi laranganNya, dan menjalankan perintahNya menjadi jawabannya. Jadi, agar dapat dikenang dengan baik, kita melakukan hal-hal tersebut agar “keinginan” tersebut tercapai. Pada saat itulah kita telah “memulai dari akhir”.

Contoh lain.

“Sudahkan dirimu menargetkan atau membayangkan dirimu ketika telah berumur 50 tahun? Menjadi manusia seperi apakah dirimu? Sukses atau hanya biasa-biasa saja?”

Pertanyaan simpel namun cukup “kena”. Umur gw sekarang 18 tahun, tapi kalau secara terang-terangan gw belum berfikir menjadi orang seperti apakah gw nanti ketika berumur 50 tahun. Ketika gw bertanya pada seorang teman dengan lugas ia menjawab ingin menjadi “usahawan yang sukses dan dapat keliling dunia”. Jawaban menarik bukan? Tapi, apa hal tersebut sudah difikirkan matang-matang atau hanya sekadar jawaban asal-asalan?

Mari kita patok jawaban tersebut. Jika kita “mulai dari akhir”, di mana tujuannya adalah usahawan yang sukses dan dapat keliling dunia, hal-hal apa yang dapat dilakukan agar keinginan tersebut tercapai? Pertanyaan tersebut gw lontarkan kepada teman gw tersebut, dan ia pun sempat berfikir. “Ya, belajar yang benar lah!”jawabnya. “Apakah sudah lw laksanakan?”. Ia diam.

“Memulai dari Akhir” bisa dibilang sebuah senjata motivasi, bahkan bisa menjadi senjata motivasi yang luar biasa, karena dengan telah mematok “akhir” dari yang kita inginkan, kita dapat introspeksi, mempunyai semangat dan daya juang yang tinggi agar keinginan tersebut tercapai.


 

 

 

 

 

 

Semoga bermanfaat..

Salam Fantastis!!..

 

Tags: , , ,

1 Tahun Kebersamaan SBY-Boediono


20-10-2010. Sebuah tanggal cantik yang ternyata merupakan tanggal di mana telah berlalunya 1 tahun kebersamaan yang dijalin oleh Bapak Presiden Indonesia, SBY dengan Bapak Wakil Presiden, Boediono.

Gw bukanlah seorang pengamat politik yang dapat memeberi komentar cas,cis,cus mengenai telah berjalannya pemerintahan SBY-Boediono selama 1 tahun ini, dan memang gw tidak akan memberi comment kepada pemerintahan yang sedang berlangsung ini.

Sebagai masyarakat awam, gw hanya berharap ke depannya Indonesia can become better, dari semua segi dan aspek terlebih di bidang pendidikan. Kenapa pendidikan? Menurut pikiran gw, negara yang cerdas adalah negara yang memperhatikan tingkat kualitas pendidikannya. KUALITAS bukan KUANTITAS. Sehingga pada nantinya tercipta manusia-manusia Indonesia yang mempunyai daya saing di mata internasional.

Ya, semoga saja kedua insan manusia yang memikul amanat dari seluruh rakyat Indonesia ini dapat menjalankan tugas mereka dengan baik sehingga membawa Indonesia ke tempat yang memang menunjukkan “THE REAL INDONESIA“, maksudnya Indonesia yang memang benar-benar Indonesia! Sebuah negara yang dapat mengoptimalkan semua hal yang telah dimiliki, seperti sumber daya alam yang melimpah ruah, budaya dan aneka suku yang beragam, termasuk sumber daya manusia yang berkualitas . Mereka tentu tidak dapat bekerja sendiri, perlu bantuan dari berbagai pihak termasuk DIRI KITA!

Proficiat untuk INDONESIA!

 
1 Comment

Posted by on October 19, 2010 in Artikel, Indonesia, opini, pendidikan

 

Tags: , , , , , ,

Mau sekolah kok tes keperawanan?..


mau sekolah kok tes keperawanan?..

Akhir-akhir ini ramai sekali diberitakan perlunya tes keperawanan bagi para calon siswa baru di sekolah menengah bahkan hingga perguruan tinggi. Gw adalah seorang yang menentang hal tersebut.

Pertama. Tujuan seseorang untuk masuk sekolah ataupun perguruan tinggi adalah untuk

mencari ilmu. Hal-hal yang terlalu bersifat pribadi tak seharusnya disinggung secara blak-blakan seperti itu. Lalu memang calon siswa yang tak lolos tes gag boleh sekolah?! Apa bakal ada sekolah yang membedakan antara yang lolos atau tidak?

Kedua. Entah ada pembedaan sekolah ataupun tidak, hal tersebut akan menjatuhkan mental psikis dari calon siswa yang tak lolos tes. Dengan kondisi mental yang jatuh seperti itu, gw rasa percuma juga belajar. Pelajaran gag bakal masuk ke otak.

Ketiga. Faktor lingkungan. Mau dibawa ke mana muka sang calon siswa tersebut dan keluarganya? Hal yang bersifat pribadi seperti itu tentu baik secara langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi pandangan lingkungannya terhadap dirinya dan keluarganya.

Keempat. Keperawanan dapat hilang tak hanya karena telah melakukan “hubungan” dengan lawan jenis. Naik sepeda, motor, olahraga ataupun jatuh dapat menyebabkan hal tersebut.

Jadi, menurut gw, tes keperawanan suatu hal yang tak perlu dilakukan bagi para calon siswa yang ingin melanjutkan jenjang pendidikannya (mungkin untuk beberapa jurusan/tingkat perguruan tinggi ada yang perlu, tapi TIDAK SEMUA!). Bukanlah area yang tepat untuk melakukan hal tersebut.

 
3 Comments

Posted by on September 30, 2010 in Artikel, kampus, opini

 

Tags: , ,