Di postingan hari ini saya akan bercerita tentang sahabat-sahabat saya di kategorial Gereja bernama PASKA Bekasi. PASKA sendiri merupakan singkatan dari Persatuan Siswa/i Katholik tingkat SMA se-Bekasi. Secara gak sengaja saya nyemplung di sini (karena Monic dan Dica), itu terjadi ketika kenaikan kelas 3 SMA…
Ketika itu sedang libur semester kenaikan kelas sekitar akhir bulan Juni 2008. Diajak oleh 2 orang teman yang bersekolah sama, saya mengikuti kegiatan Kaderisasi PASKA di daerah Puncak. Di sana ada 33 orang yang menjadi peserta dan tak di antara semua peserta itu, tak ada seorang pun yang saya kenal! Bahkan hanya saya saja yang berasal dari gereja yang berbeda dengan mereka. Meskipun begitu, saya tetap mencoba PD mengikuti kegiatan tersebut.
Sesuai dengan nama acara tersebut “Kaderisasi”, berarti memang bertujuan mengkader para peserta menjadi anggota baru PASKA Bekasi. Dan secara tak sengaja pula, nama saya lah yang muncul sebagai Ketua PASKA untuk menjabat di periode 2008-2009. Muncul kebimbangan dalam diri saya. Saya yang berasal dari Gereja yang berbeda dengan mereka, dan baru mengenal mereka selama 3 hari 2 malam di acara Kaderisasi tersebut, tetapi mereka mempercayakan tugas Ketua PASKA di pundak saya. Saya coba jalaninya sebagai amanah.
Beberapa hari setelah acara Kaderisasi tersebut, saya mengumpulkan semua peserta Kaderisasi kemarin untuk perumusan kepengurusan PASKA 2008-2009 yang menjadi angkatan ke-2 PASKA serta pembicaraan mengenai program kerja PASKA selama 1 tahun ke depan.
PASKA Bekasi sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an, tetapi sempat vakum selama beberapa tahun di akhir tahun 1990-an, dan mulai aktif kembali tahun 2007 yang kami sebut sebagai angkatan 1. Dan itu berarti kepengurusan saya menjadi angkatan ke 2.
Kembali lagi, setelah beberapa kali mengadakan pertemuan, terbentuklah kepengurusan dan 4 program kerja besar selama 1 tahun ke depan. Yang pertama adalah JUMPA PELAJAR, dan berdasarkan ritual PASKA, yang menjadi ketua pelaksana program kerja pertama adalah Ketua PASKA maka itu berarti saya lah yang menjadi ketua pelaksana JUMPA PELAJAR Siswa/i Katolik se-Bekasi tersebut.
Dana yang kami butuhkan untuk dapat melaksanakan acara tersebut kurang lebih 15 juta-an. Dan karena perjuangan saya bersama rekan-rekan (lebih tepat dibilang saudara) di PASKA maka acara tersebut dapat berjalan dengan baik. Perjuangan mencari dana yang menurut saya LUAR BIASA! Kami ngamen di pelataran gereja, kami mencuci mobil yang parkir di Gereja, jual makanan dan minuman, jual buku, mencari donatur, mencari barang bekas dan menjualnya, dan beberapa cara lain yang kami gunakan untuk mencari dana acara tersebut. Luar biasa capenya dan tak terhitung keringat yang keluar ketika pencarian dana tersebut. Di saat teman-teman di sekolah sedang bersantai-santai, kami justru rela menginvestasikan waktu, tenaga dan fikiran kami demi berjalannya acara ini. Mengapa saya sebut sebagai investasi? Ya waktu, tenaga dan fikiran kami itu tidak kami habiskan begitu saja. Tapi investasi untuk masa depan, karena kami percaya suatu saat nanti pelajaran-pelajaran berharga yang kami dapat di PASKA Bekasi dapat kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih di masa depan kami.
Acara JUMPA PELAJAR yang dilaksanakan tanggal 14-16 November 2008 di Villa Restu Bundo,Puncak ini berhasil menarik 78 peserta dari berbagai macam gereja dan sekolah di Bekasi bahkan ada peserta yang bersekolah di Jakarta. Suatu prestasi tersendiri bagi para panitia. Acara berjalan dengan baik dan mendapat respon positif dari para peserta. Hal itu terlihat ketika acara api unggun pada malam ke 2. Baik panitia maupun peserta terlibat aktif dalam memeriahkan acara. Tawa canda terlihat jelas pada malam tersebut, sekaan tak ada sekat yang membatasi kami. Karena melihat antusiasnya para peserta, beberapa peserta kami rekrut untuk terlibat di kepanitiaan PASKA di event selanjutnya.
Setelah event JUMPA Pelajar, kami mengadakan event Baksos dan Natal bersama tanggal 11 Januari 2009 yang diketuai oleh Anto. Hampir sama dengan Jumpa Pelajar, pencarian dana yang kami lakukan benar-benar melelahkan tetapi karena hal itulah yang membuat kami semakin kompak. Kompak bukan karena hal lain, tetapi kompak karena telah merasakan kerasnya kehidupan. Ya, kerasnya kehidupan ketika mencari dana, entah mencuci mobil, mencari barang bekasi dan menjualnya, dan yang lainnya yang kami lakukan bersama-sama.
Kepanitiaan event Baksos dan Natal Bersama baru terbentuk H-3 minggu sebelum acara. Tetapi semuanya dapat ter-handle dengan baik berkat kerja sama antar semua panitianya. Baksos kami laksanakan di Panti Jompo Charitas di daerah Bekasi. Di sana kami memberikan bantuan seadanya demi kelangsungan panti tersbut. Kami bercanda bersama dengan para kakek-nenek di sana. Begitu bahagianya melihat senyum indah mereka masih bisa mereka tampilkan. Senyum yang seakan mengatakan terima kasih.
Setelah baksos, kami melaksanakan event Natal Bersama 30 orang pelajar Katholik Bekasi di aula Gereja St. Arnoldus, Bekasi. Kasih Natal terasa kental di sana. Berhias pohon natal yang terbuat dari gelas-gelas air mineral bekas dan kandang Natal dari triplek dan kardus, dekorasi sederhana yang mengingatkan akan Kelahiran Yesus Kristus dalam keadaan yang sederhana pula.
Acara Natal dan Baksos ditutup dengan keberhasilan para panitia me-manage acara dengan baik. Setelah itu, kami mengadakan proker besar ke 3 kami yaitu PASKA Cup yang diketuai oleh saudara saya yang lain, Dwi. Karena ini event pertama kali diadakan PASKA Cup (berbeda dengan Jumpa Pelajar dan Baksos yang sudah pernah dilaksanakan di angkatan 1), kami menargetkan lomba yang diadakan 1 mata lomba dulu, yaitu Futsal. Acara berlangsung tanggal 22,26, dan 29 Maret 2009 di lapangan futsal Marsudirini, Bekasi.
Lomba tersebut diikuti 8 tim yang kami bagi dalam 2 pool. Ada yang mewakili sekolahnya, ada pula yang membentuk tim sendiri, dan ada pula tim undangan dari PERSIKA Jakarta (Persatuan siswa/i Katholik Jakarta). Dari kompetisi tersebut, didapatkan pemenangnya yaitu PERSIKA Jakarta. Tidak seperti sepak bola Indonesia yang identik dengan kekerasan, PASKA Cup berlangsung aman dan damai. Tak ada cekcok yang berlebihan. Sekalipun ada ketidakpuasan dengan keputusan wasit, para peserta dapat menyampaikan dengan baik. Karena kerja sama yang baik dari pihak peserta, maka acara PASKA Cup dapat berjalan dengan lancar.
Program kerja terakhir kami adalah melaksanakan Kaderisasi. Anggota PASKA yang kami percayakan untuk mengemban tugas sebagia ketua adalah Andreas Dimas, atau yang kerap kali kami sapa dengan nama Acil.
Tugas berat mulai menhinggapi. Sejak dilaksanakannya PASKA Cup, anggota yang kelas 3 SMA terbilang sudah kurang aktif mengikuti PASKA karena adanya persiapan UAN dan SNMPTN. Kami bahkan menggelar doa bersama menjelang UAN tanggal 18 April yang diikuti 30 siswa kelas 3 SMA di Bekasi.
Menilik pada kenyataan tersebut, para panitia berjuang keras. Terlebih kepanitiaan terbentuk H-2 bulan dari target acara, sementara dana yang dibutuhkan mencapai 20 juta-an, karena kami merencankana Kaderisasi dilaksanakan di area outdoor dan berkemah bukan di Villa seperti Jumpa Pelajar.
Pencarian dana yang seperti biasa kami lakukan tetap kami lakukan. Keringat bercucuran, ada emosi, ada canda di dalamnya tapi semua itu melebur menjadi satu dalam kebersamaan kepanitiaan Kaderisasi, acara yang bertujuan mencari kepengurusan anggota baru menggantikan kami-kami ini.
Tak disangka, tak diduga hasil jerih payah kami berbuah baik. Acara dilaksanakan tanggal 3-5 Juli 2009, di Bumi Perkemahan Cidahu dan diikuti 30 peserta. Event pertama PASKA Bekasi di area outdoor dengan konsep berkemah dapat berjalan dengan baik dan memunculkan orang-orang baru sebagai tonggak penerus PASKA Bekasi.
Hufftt.. Ya, itulah sebagian cerita saya di PASKA Bekasi dengan segala rasa campur aduk di dalnya. Masih ada beberapa yang tidak saya ceritakan seperti kesempatan pidato di depan ribuan umat ketika pelantikan PASKA, dan hingga sekarang saya dan beberapa teman tetap mendampingi PASKA hingga angkatan sekarang yang menginjak angkatan ke 5.
Kami bukanlah lagi teman kerja di PASKA, segala cape, jerih payah dan keringat yang kami keluarkan membuat kami semakin bersama di dalam kebersamaan PASKA. Perjuangan mencari dana dan peserta membuat kami berkaca bagaimana kerasnya kehidupan di dunia nyata. Bagaimana susahnya orang tua kami mencari uang demi kami, anak-anaknya. Ya, karena itulah saya sebut kami bukan lah lagi teman dalam kepengurusan PASKA melainkan sudah 1 keluarga. Ya, kami bersaudara…
Anjel, Rosa, Sheren, Martin, Laras, Dwi, Anto, Acil, Advent, Ragil, Niko, Nancy, Riko, Mia, Esti, Mora, Agus, Nando, Bertho..
Thanks Guys, sudah menorehkan warna-warna indah di hidup seorang Waldo..
🙂
God bless all of you..